Pengkotak-kotakan Manusia

Pengkotak-kotakkan manusia itu kejahatan. 



"kamu kiri banget ya. cara pikirmu seperti Tan Malaka"

"wah bacaanmu tulisan-tulisan Cak Nun? agamis ya kamu"

"INTP? introvert tapi kok vokal kalau di kelas?"

"aduh kamu ini feminis nanggung. ibarat telur setengah matang"


Sering gak denger kalimat di atas, atau setidaknya kalimat setipe seperti di atas? memaksakan kamu untuk masuk ke dalam klasifikasi tertentu. kamu itu A makanya bersikaplah seperti sebagaimana orang-orang A bersikap.

Seolah manusia itu statis. ia hanya ada dan dapat ditemui dalam satu kamar terntentu. dan ketika secara tak sengaja ia menemukan kamu ada di kamar yang lain dia terkejut. entah karena ramalannya tentang kepribadian dan pola pikirmu tak sesuai atau secara menggila ia hanya bisa menerima kalau kamu itu begini maka kamu haram menjadi yang lain selain apa yang dia identifikasikan terhadapmu.

Jujur, aku sering banget ketemu sama orang-orang yang begitu. yang senang banget memasukkan aku dalam kelas-kelas absurd yang mereka buat. "aaah jadi pandangan lu tentang rektorat itu begitu ya berarti lu itu pembangkang ya" padahal padahal padahal aku belum selesai bercerita dan sekenanya mereka memberikan justifikasi. kemudian justifikasi itu disebarluaskan tanpa validasi kemudian tersebarlah secara luas kalau aku itu A. kemudian mereka memberikan label. dan dengan arogannya label itu tidak bisa kuubah. seolah yang menjadikan diriku ini aku ya mereka dan bukan aku. sehingga aku gagal memberikan kehidupan kepada diriku, jiwaku.

Kadang aku bertanya, apakah manusia era Z ini sungguh hanya memiliki aliran pikir yang telah diteorikan oleh pemikir pada ratusan tahun silam. jadi dengan seluruh kecanggihan ini kita berhenti pada stigma-stigma lama tentang ekonomi dan politik, hukum dan sosial, atau agama dan budaya? kemudian dengan seluruh kecanggihan ini kita bangga untuk masuk dalam kamar tertentu? tidak kah kita dapat tidak masuk kamar manapun? kemudian menjadi diri kita sendiri tanpa hidup dalam bayang-bayang pemikir A atau pemikir B? tidak kah kita dapat bebas dengan pikiran kita?

Oke baik, aku paham betul bahwa kamar-kamar itu ada sebagai sebuah bentuk pembaharuan. tapi, bukan kah mereka ada sebagai awal dilakukannya pendekatan? mereka ada sebagai bentuk pengayaan dan bukan sebagai bentuk restriksi terhadap hidup yang maha luas ini.

bagaimana jika sebenarnya aku bukan Putri? aku adalah aku yang berusaha menghidupi tubuh yang kalian kenal sebagai Putri. jika aku saja belum yakin dengan siapa aku, lalu siapa kalian yang dengan jahatnya memberi label. aku bukan apapun kecuali aku. yang berusaha menghidupi diriku dengan segala upayaku.

bagiku, pengkotak-kotakkan adalah sebuah kejahatan. sebab, manusia itu dinamis. hari ini ia bisa menjadi pecinta kesendirian dan besok seketika berubah menjadi penggila wanita. biarkan banyak jiwa berkembang. siapa kita akan teringat ketika kita mati. 


aku lelah dengan cara pikir sempit. jangan bicara tentang fondasi negara dan sistem pendidikan jika yang ada di kepalamu sebatas "manusia itu objek labelisasi". jauh lebih mengecewakan dari itu, kamu lupa hakikat manusia diberi nyawa. ia harus hidup dan secara picik kamu membatasi hidupnya.


aku punya kutipan, jika menurutmu omonganku ini asumtif dan tidak berlandas atas original idea. kuberi padamu beberapa kalimat ini;



Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. aku bukan komunis, bukan humanis. Aku adalah semuanya, mudah-mudahan ini lah yang disebut muslim. Aku ingin orang memandang dan menilaiku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubungkan dari kelompok mana saya termasuk. serta dari aliran mana saya berangkat. —Ahmad Wahib.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Susahnya Berkabar?

Apakah Alam Semesta ini Teratur?